ANGGOTA Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tri Mumpuni mengimbau para talenta muda iptek Indonesia untuk bersiap menghadapi era baru teknologi nuklir. “Di sinilah kita berharap nuklir hadir, yaitu nuklir yang aman, berperikemanusiaan, dan nuklir untuk energi,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini BRIN memiliki empat prioritas program yang mendukung pembangunan di Indonesia, yaitu kedaulatan energi, kedaulatan pangan, kedaulatan lingkungan, dan kedaulatan kesehatan.
“Nuklir untuk energi memang diperlukan, tetapi energi nuklir kesehatan dan pertanian juga sangat dibutuhkan. Dengan perubahan iklim, kita perlu pangan yang mampu mencukupi kebutuhan bangsa. Teknologi nuklir memberikan dukungan yang luar biasa untuk masa depan pangan kita,” tutur Puni.
Ia berharap para talenta muda mampu menyerap, memanfaatkan dengan sungguh-sungguh beasiswa, dan kesempatan belajar yang ada untuk menyiapkan masa depan Indonesia. “Kalianlah yang akan meneruskan estafet pembangunan di Indonesia. Lakukanlah dengan baik, berkontribusi untuk kebaikan Indonesia melalui riset dan inovasi,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Deputi SDM Iptek BRIN Edy Giri Rachman Putra, bahwa saat ini ada dua regulasi penting terkait pembangunan SDM di bidang nuklir Indonesia. Pertama, UU Nomor 59 tahun 2024 yang menyatakan bahwa nuklir sebagai salah satu opsi untuk energi baru dan terbarukan.
"Kedua, pemerintah telah meluncurkan Manajemen Talenta Nasional, BRIN telah menyiapkan skema terkait pengembangan SDM khususnya di bidang nuklir, termasuk kerja sama dengan Rusia dan negara lain,” ungkap Edy.
Ia menyebut Indonesia dan Rusia telah bekerja sama sejak era Soekarno yaitu sekitar 60-70 tahun lalu.
“Kerja sama ini sudah dibangun lama dan memiliki manfaat untuk kedua belah pihak. Rusia unggul dalam teknologi nuklir selama hampir 80 tahun. Sementara Indonesia melalui BRIN fokus untuk membangun SDM yang bisa menguasai dan memanfaatkan teknologi nuklir tersebut,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anna Belokoneva dari Rosatom menyambut baik kerja sama dengan BRIN tentang pemanfaatan teknologi nuklir dalam bidang kesehatan maupun agrikultur.
“Pemanfaatan teknologi nuklir akan banyak dan bisa menyelesaikan berbagai masalah, seperti keamanan energi dan perubahan iklim. Tentunya hal itu sangat mustahil dilakukan tanpa kita mengembangkan SDM-nya. Itulah sebabnya kami membuat program yang berkaitan dengan edukasi nuklir,” ujar Anna.
Saat ini ada lebih dari 2.500 mahasiswa yang berasal dari 65 negara sedang belajar iptek nuklir di Rusia.
“Kami sudah mempunyai program kerja sama antara BRIN dengan kampus-kampus yang ada di Rusia dan kami berharap ke depan ada lebih banyak kerja sama dengan Rusia. Banyak mahasiswa Indonesia yang belajar di Rusia, mereka menyiapkan diri dengan baik dan termotivasi untuk belajar,” ungkapnya.
Pihaknya menilai Indonesia akan semakin dekat untuk mengembangkan iptek nuklir, karena pemerintah sudah memfokuskan pemanfaatan teknologi nuklir.
“Rusia terbuka untuk membantu Indonesia dalam pengembangan teknologi nuklir terutama PLTN. Di samping itu juga dapat memanfaatkannya di IKN yang mengedepankan konsep energi hijau,” pungkasnya.(M-3)