Survei tersebut dilakukan di tengah perubahan demografi signifikan di Asia Pasifik, yang diperkirakan satu dari empat penduduk akan berusia di atas 60 tahun pada tahun 2050.
Survei melibatkan 509 responden di Indonesia dan lebih dari 3.500 responden di berbagai negara Asia, termasuk Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam. Tujuan survei ini adalah untuk memahami aspirasi dan praktik perencanaan pensiun di kalangan masyarakat Asia.
Sebanyak 13 persen pensiunan saat ini menyesali keputusan finansial mereka di masa lalu. Alasan utama yang mereka sebutkan adalah kurang bijak dalam berinvestasi (72 persen), tidak cukup menabung (39 persen), dan tidak berkonsultasi dengan perencana keuangan (39 persen).
Selain itu, 67 persen responden baru akan mulai merencanakan biaya pensiun dalam jangka waktu lima tahun sebelum memasuki masa pensiun.
Generasi muda juga menyesuaikan ekspektasi mereka dengan menunda pensiun. Faktor utama yang mendorong keputusan ini adalah rasa senang bekerja (64 persen), keinginan untuk tetap aktif secara fisik dan mental (63 persen), serta kebutuhan untuk mengumpulkan dana pensiun yang cukup (63 persen).
"Perubahan sosial dan peningkatan usia harapan hidup telah memengaruhi proses perencanaan masa pensiun di Asia. Survei kami menunjukkan bahwa meskipun kesadaran akan pentingnya kemapanan finansial di masa pensiun semakin meningkat, masih terdapat kesenjangan antara kesadaran dan aksi nyata masyarakat. Padahal, perencanaan pensiun yang dipersiapkan sedini mungkin adalah kunci untuk meraih hari tua yang sejahtera," ujar Chief Client Officer Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee, dalam keterangannya, Selasa (8/10).
Meski mayoritas responden mengalokasikan setidaknya 10 persen dari pendapatan mereka untuk pensiun, sayangnya 27 persen responden tidak mengalokasikan dana khusus untuk pensiun.
Dan rata-rata responden hanya mengandalkan tabungan konvensional sebesar 23 persen untuk memenuhi kebutuhan finansial di hari tua.
"Hal ini mengindikasikan perlunya peningkatan literasi keuangan masyarakat terkait pentingnya perencanaan pensiun yang komprehensif, termasuk diversifikasi aset ke dalam instrumen investasi yang lebih produktif," jelasnya.
Sementara itu, 25 persen pensiunan mengaku tidak mempersiapkan anggaran pengeluaran untuk masa pensiun mereka, dan 11 persen tidak menduga bahwa biaya hidup akan jauh lebih tinggi dari perkiraan. Angka ini diprediksi akan terus meningkat seiring dengan inflasi yang semakin menekan.
Bagi mereka yang tidak menduga dan belum mempersiapkan diri, faktor utamanya adalah biaya hidup sehari-hari (80 persen) dan biaya kesehatan (53 persen). Akibatnya, banyak dari mereka harus mengurangi pengeluaran (67 persen) dan mengurangi aset yang disiapkan untuk warisan (47 persen).
Sekitar 13 persen pensiunan menyatakan penyesalan atas keputusan keuangan yang mereka buat di masa muda, dengan alasan utama tidak berinvestasi dengan bijak (72 persen), diikuti oleh kurangnya tabungan (39 persen) dan tidak berkonsultasi dengan perencana keuangan (39 persen).