Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mewaspadai lonjakan harga minyak mentah dunia akibat eskalasi serangan Israel di Timur Tengah bisa membebani keuangan negara.
Bahlil berharap agar penyaluran BBM bersubsidi bisa lebih tepat sasaran, apalagi di tengah fluktuasi harga minyak mentah dunia yang sedang tidak baik-baik saja.
"Saya mohon untuk mulai hati-hatilah, karena subsidi kita ini gede Rp 300-400 triliun, apalagi harga minyak dunia ini mulai-mulai ada mengkhawatirkan akibat perang di Timur Tengah", ujarnya saat Penghargaan Keselamatan Migas Tahun 2024, Senin (7/10).
Saat dikonfirmasi usai acara, Bahlil menjelaskan lebih lanjut kekhawatirannya sudah ada tanda-tanda terkoreksinya harga minyak mentah menjadi lebih tinggi.
"Ya kita melihat bahwa sudah ada tanda-tanda kalau perang ini terus terjadi, tidak menutup kemungkinan harga minyak dunia akan terkoreksi. maka kita berdoa agar harga minyak dunia tidak terkoreksi," tutur Bahlil.
Pasalnya, Bahlil menyoroti pemenuhan energi di Indonesia masih bergantung dari impor, di mana kinerja lifting minyak semakin turun di kisaran 600 ribu barel per hari (bph), namun konsumsi masyarakat bisa lebih dari 1 juta bph.
"Kalau ini terjadi maka pasti akan membebani APBN kita. Kita kan masih impornya kurang lebih 900-1 juta barel per day dan impor memakai harga dunia. Jadi itu kita doakan lah mudah-mudahan tidak terjadi ya," jelas dia.
Kendati begitu, Bahlil meyakini jika pergerakan harga minyak mentah dunia masih di bawah asumsi APBN 2024, maka keuangan negara belum terlalu genting.
Adapun saat ini rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) untuk September 2024 masih berada di level USD 72,54 per barel, sementara asumsi ICP yang tercantum di APBN 2024 sebesar USD 82 per barel.
"Kalau sampai dengan harga masih dalam batas APBN itu tidak ada pengaruh, artinya kalau perang terjadi dan harga minyak dunia tidak bergerak itu tidak apa-apa," katanya.
"Tapi kalau perang terjadi tapi harga minyak dunia naik, itu berdampak pada perekonomian dan beban keuangan APBN kita ya," tandas Bahlil.
Sebelumnya, dikutip dari Reuters, harga minyak mentah ditutup pada Jumat (4/10) dengan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun, karena meningkatnya ancaman Israel serang Iran, meskipun kenaikannya terbatas karena Presiden AS Joe Biden melarang Israel menargetkan fasilitas minyak di Iran.
Harga minyak mentah Brent naik 0,6 persen dan ditutup pada USD 78,05 per barel, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,9 persen dan ditutup pada USD 74,38 per barel.
Secara mingguan, minyak mentah Brent naik lebih...