Menurut data terbaru Environtmental & Social Research (ESP) yang dibuat atas kerja sama dengan Ministry of Tourism Saudi Arabia, jejak karbon industri travel tercatat 6,7 persen secara global, turun dari 7,8 persen ketika industri pariwisata berada di puncaknya pada 2019. Riset juga menunjukkan pencapaian penting akan kontribusi ekonomi yang tumbuh lebih cepat melebihi dampak industri pariwisata terhadap lingkungan.
Tahun lalu kontribusi pariwisata global terhadap GDP hampir mendekati level sebelum pandemi sebesar US$ 9,9 triliun, hanya selisih 4,4 persen dari puncak sektor ini. Pariwisata juga menyumbang 10 % GDP Australia dan menciptakan 1,6 pekerjaan.
Menurut Rita Saffiotu MLA, Deputy Premier Treasurer; Minister for Transport; Tourism Australia ada sekitar 20 penerbangan langsung dari seluruh dunia menuju Australia, dan pihaknya sudah menyumbang sekitar US$ 70 juta untuk mendukung industri penerbangan.
“Kami juga terus mendukung pertumbuhan atraksi dan pariwisata seperti acara olahraga, konser dan tourism experience untuk kultur indigenous. Semoga kami dapat terus meningkatkan ksempatan dan investasi di sektor ini,“ kata Rita.
Sementara pada 2023 kontribusi emisi GHG tercatat 12 persen, dengan intensitas GHG (emisi per unit GDP) turun 8,4 persen. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan industri pariwisata yang lebih bersih.
“Sektor ini menunjukkan bahwa kita bisa tumbuh dengan bertanggung jawab,” kata Julia Simpson President & CEO World Travel & Tourism Council dalam konferensi pers di Hotel Crown, Perth, yang dihadiri kumparan.
“Ini adalah momen yang menentukan, membuktikan bahwa inovasi dan keberlanjutan berjalan beriringan dalam membentuk masa depan pariwisata global. Namun, sementara kami memisahkan pertumbuhan sektor kami dari peningkatan GHG (Greenhouse gas), tujuan kami adalah pengurangan absolut. Kami harus mempercepat kemajuan ini secara signifikan untuk memenuhi target iklim Paris. Kami berada di jalur yang benar, tetapi kami perlu meningkatkan permainan kami,” tambah dia.
Salah satu kunci penurunan jejak karbon di industri pariwisata adalah penggunaan sumber energi untuk menjalankan operasinya. Meskipun tahun 2023 menunjukkan tren positif dibandingkan dengan tahun 2019, masih ada peluang signifikan untuk mempercepat transisi hijau.
Peningkatan penggunaan energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil masih relatif sedikit, yang menyoroti perlunya tindakan yang lebih tegas.