Ketua badan pengurus WAMI, Adi Adrian, mengatakan ATLAS memudahkan pencipta, penulis lagu atau pemegang hak cipta untuk ikut mengawasi proses pendistribusian royalti mereka.
"Alhamdulillah kita sudah bisa. Distribusi digital kemarin sudah memakai ATLAS," kata Adi dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Adi mengatakan pembuatan sistem ATLAS dilakukan selama tiga tahun belakangan, karena butuh waktu untuk memastikan data yang diperlukan sudah lengkap.
"Ini bukan datanya sekitar 5 apa 10 gitu ya, ada ribuan data, jutaan data. Nah ini yang enggak bisa dengan segera, tapi alhamdulillah data-data itu sekarang sudah mulai komplit," tutur Adi.
"Dulu sistem namanya DIVA, nah sekarang ke ATLAS. Nah, ini kan migrasi, datanya tentu ada beberapa hal yang harus di-adjust segala macam," lanjut personel KLA Project ini.
WAMI Ungkap Manfaat ATLAS
Adi menyatakan ATLAS membuat proses pengkolektifan hingga pendistribusian bisa lebih transparan, sehingga para pemilik hak cipta dapat melihat langsung besaran royalti yang berhak mereka terima.
"Masing-masing anggota punya akun sendiri, jadi dia bisa lihat. Memang masih satu arah, dia cuma akun informasi, dia enggak bisa otak-atik," ucap Adi.
WAMI juga menggelar pertemuan tahunan anggota dengan tujuan untuk memberikan transparansi dan akuntabilitas kepada seluruh anggotanya, khususnya dalam hal pengelolaan hak cipta musik dan distribusi royalti.
Selain itu, pertemuan tahunan anggota bertujuan untuk memberikan informasi terkini terkait kinerja WAMI selama setahun terakhir.