SEKRETARIS Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan dukungan kuat kepada personel Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL) karena mereka terus bekerja di tengah meningkatnya ketegangan dan serangan Israel.
Menyoroti keberanian personel UNIFIL, Guterres mengatakan dalam pesan video bahwa dia sangat kagum dan berterima kasih kepada pasukan pria dan wanita UNIFIL.
Ia menekankan bahwa pelayanan mereka sangat penting, tidak hanya di sepanjang Garis Biru Libanon tetapi juga di garis depan perdamaian.
Guterres menegaskan pentingnya keselamatan personel PBB dan menggambarkannya sebagai prioritas tertinggi. Guterres mengatakan semua pihak menghormati lokasi keberadaan PBB dan tidak dapat diganggu gugat.
"Serangan terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB sama sekali tidak dapat diterima," katanya. "Mereka melanggar hukum internasional, melanggar hukum kemanusiaan internasional, dan mungkin merupakan kejahatan perang," sebutnya.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya gencatan senjata dan implementasi penuh resolusi PBB 1701, sekaligus mengapresiasi upaya UNIFIL untuk menegakkan hukum internasional.
Resolusi 1701 yang diadopsi pada 2006 menuntut penghentian total permusuhan antara Libanon dan Israel serta menetapkan zona bebas personel bersenjata dan senjata, kecuali tentara Libanon dan pasukan UNIFIL, antara Garis Biru dan Sungai Litani di Libanon selatan.
Selama seminggu terakhir, Israel telah berulang kali menargetkan posisi UNIFIL di Libanon selatan, sehingga memicu kecaman dan ketakutan di seluruh dunia mengenai rencana militernya yang lebih besar.
Serangan terhadap UNIFIL terjadi bersamaan dengan serangan udara Israel di Libanon terhadap yang mereka klaim sebagai target Hizbullah. Serangan intensif Israel di Libanon telah menewaskan lebih dari 1.500 orang, melukai lebih dari 4.500 lainnya, dan membuat sedikitnya 1,34 juta orang mengungsi sejak akhir September.
Secara keseluruhan, jumlah korban dalam serangan Israel sejak Oktober lalu kini mencapai lebih dari 13.000 orang, menurut angka resmi otoritas Libanon. (Anadolu/Z-2)