Presiden Keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hadir dalam kegiatan Peluncuran Buku Perjalanan dan Capaian Kabinet Indonesia Bersatu I di JCC Senayan pada Kamis (10/10).
Dalam kegiatan itu, sejumlah kolega SBY turut hadir, salah satunya adalah Mayjen TNI (Purn) Syamsir Siregar yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ketika SBY masih menjabat sebagai presiden.
SBY mengatakan kepada Syamsir mesti bangga pernah menduduki jabatan sebagai Kepala BIN. Apalagi, ketika menjabat, Syamsir mesti menangani persoalan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
"Banyak kalau saya lihat satu persatu, memori kerja, tapi ketemu Pak Syamsir, bapak harus bangga karena waktu menjabat sebagai Ketua BIN, urusannya urusan GAM," kata dia.
Menurut SBY, tugas Syamsir menjadi penting karena melakukan kerja intelijen terhadap musuh negara yakni GAM, bukan malah melakukan kerja intelijen terhadap lawan politik.
Dalam kesempatan itu, SBY sempat mengemukakan sejumlah rintangan yang dihadapi saat masih menjabat sebagai presiden. Contohnya, rintangan saat 100 hari kerja menjadi presiden.
Ketika itu, SBY mesti dihadapkan dengan bencana tsunami yang terjadi di Aceh. Bencana itu kemudian disusul dengan bencana lainnya yang terjadi di Yogyakarta hingga Sumatra Barat.
"Dari segi natural disaster tentu mengganggu pemerintahan, menyedot banyak sekali anggaran keuangan yang kita miliki," ucap dia.
Tak hanya bencana, pemerintahan SBY juga diuji dengan meroketnya harga minyak bumi dunia yang membuatnya mesti menaikkan harga BBM. Kebijakan menaikkan harga BBM membuat elektabilitasnya sempat anjlok.
"Elektabilitas juga jatuh tapi kita we do not care dalam arti nomor duakan elektabilitas yang penting ekonomi selamat," ujar dia.