Calon Gubernur Maluku Utara Benny Laos meninggal dunia akibat speedboat yang ditumpanginya meledak. Pihak keluarga mengungkapkan posisi Benny saat peristiwa nahas itu terjadi.
Sahabat mendiang Benny yang mewakili keluarga, Choel Mallarangeng menyebut setelah meledak, kapal sempat miring dan membuat Benny terperangkap di kapal.
"Pak Benny Laos kurang beruntung karena berada di kamar bagian bawah. Ketika itu terjadi kapal miring, Pak Benny sempat 3-4 menit berada dalam air, dalam kapal," kata Choel di Rumah Duka Sentosa, RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat pada Minggu (13/10).
Saat dievakuasi, menurut Choel, Benny dalam keadaan pingsan. Nadinya masih berdenyut.
"Baru kemudian bisa dievakuasi keluar, ketika bisa keluar, dari semua saksi yang ada memang beliau sudah pingsan, tapi nadinya masih ada sehingga dicoba selama 3-4 jam untuk membantu beliau," jelas dia.
Choel menjelaskan, akibat meledak dan terbakar, speedboat yang sedang bersandar di Pulau Taliabu, Malut, pada Sabtu (12/10) itu terbelah dua.
"Kapalnya itu terpecah dua di depan," ujar dia.
Meski berhasil dievakuasi, nasib berkata lain. Benny tidak tertolong walaupun sudah sejumlah upaya dilakukan terhadapnya.
"Manusia bisa berusaha. Tuhan menentukan lain," ujarnya.
Sementara itu, istri Benny, Sherly Tjoanda, yang juga berada di speedboat tersebut tengah berada di ruangan lain saat peristiwa ledakan terjadi. Choel menjelaskan, Sherly berada di kamar lantai atas kapal.
"Untungnya Ibu Sherly ada di kamar depan, jadi langsung begitu terkuak bisa ditarik keluar," jelas dia.
Ia pun bercerita, Benny saat itu dilarikan ke RSUD Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, Maluku Utara, sementara Sherly dibawa ke puskesmas.
"Pak Benny dirawat di RSUD kemudian Sherly dirawat di puskesmas, karena banyak korban, bukan hanya mereka berdua, sehingga harus dibagi, memang kondisi puskesmas dan RSUD sangat prihatin," jelasnya.
Menurut Choel, di RSUD, Benny tak mendapatkan bantuan oksigen yang memadai. Ia juga mengungkap tak ada alat pacu jantung di sana.
“Contohnya Pak Benny Laos, tidak ada oksigen di lokasi, padahal sangat dibutuhkan oksigen, alat pacu jantung juga tidak tersedia di RSUD sehingga sangat terbatas, sehingga tidak mungkin salah satu menyebabkan sehingga meninggal dunia,” tutur dia.