Peternak menyambut baik rencana serapan telur ayam dan daging ayam untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dinilai bisa menaikkan harga pangan yang sedang lesu tersebut.
Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengatakan pihaknya tidak sabar menyambut 20 Oktober 2024, di mana pelantikan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka terjadi.
"Masyarakat perunggasan sangat optimis Sekali dengan adanya Program Nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan mulai bergerak ke masyarakat," katanya kepada kumparan, Minggu (13/10).
Ki Musbar mengeklaim rencana implementasi program ini sudah berdampak pada kenaikan harga pangan, khususnya telur ayam ras dan daging ayam ras, pada pertengahan Oktober 2024 ini.
Berdasarkan Panel Harga Badan Pangan Nasional, nilai rata-rata telur ayam ras hari ini seharga Rp 28.420 per kg, naik tipis dari posisi September 2024 sebesar Rp 28.300 per kg.
Sementara daging ayam ras saat ini seharga Rp 34.650 per kg, juga naik sedikit dari September 2024 sebesar Rp 34.590 per kg. Stagnannya harga komoditas ini terjadi di tengah perekonomian nasional yang lesu alias terjadi deflasi 5 bulan berturut-turut.
"Itu terbukti dengan adanya pergerakan harga-harga mulai naik step by step untuk telur dan daging ayam dalam seminggu terakhir ini," kata Ki Musbar.
Ki Musbar menuturkan, para peternak juga menyambut positif program kerja pemerintah selanjutnya yang berpegang pada 3 pilar utama, salah satunya swasembada pangan.
"Inilah yang membuat masyarakat perunggasan nasional sangat optimis akan masa depannya serta meransang pertumbuhan PDB," imbuhnya.
Kelebihan Pasokan Telur dan Daging Ayam
Di sisi lain, Ki Musbar tidak membenarkan kondisi kelebihan pasokan telur ayam dan daging ayam di Indonesia saat ini, seperti halnya pernyataan Badan Gizi Nasional.
Pasalnya, dalam dua tahun terakhir, dia mengungkapkan angka impor Grant Parent Stock (GP) ayam layer atau ayam petelur di bawah 30 ribu ekor, sementara konsumsi per kapita telur nasional juga sudah tinggi.
"Coba dikembalikan ke potensial genetic layer masing-masing strain, sedang di satu sisi konsumsi per kapita kita sudah di atas 18,4 kg telur per kapita per tahun," tegas Ki Musbar.
Meski demikian, Ki Musbar mengakui sedang ada penurunan daya beli masyarakat dalam 5 bulan terakhir, yang membuat serapan telur ayam dan daging ayam sedang lemah. Namun, kondisi yang dia sebut sebagai over stock ini hanya sementara karena kondisi deflasi.
"Jadi deflasi saat ini jangan diputar balik sebagai oversupply ayam, akan tetapi dikatakan overstock adalah benar. Begitu pula halnya dengan daging ayam mengalami hal yang sama," pungkasnya.