Tren Buy Now Pay Later (BNPL) semakin digandrungi. Kemudahan dan fleksibilitasnya membuat opsi layanan pembiayaan atau pinjaman ini semakin masif digunakan masyarakat Indonesia, terutama generasi muda.
Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi, menjelaskan OJK mencatat penggunaan PayLater baik di perbankan maupun perusahaan pembiayaan (multifinance), seluruhnya mencatatkan pertumbuhan.
Per Agustus 2024, porsi produk kredit BNPL perbankan sebesar 0,24 persen, lalu terus mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Baki debet kredit BNPL tumbuh 40,68 persen (yoy) menjadi Rp 18,38 triliun, naik dari angka Juli 2024 sebesar 33,66 persen.
Sementara total jumlah rekening 18,95 juta, naik cukup signifikan dari bulan sebelumnya sebesar 17,90 juta. Risiko kredit untuk BNPL perbankan pun turun ke level 2,21 persen, dibandingkan Juli 2024 sebesar 2,24 persen.
Di sisi lain, pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan, pertumbuhan pembiayaannya meningkat sebesar 89,20 persen (yoy) atau menjadi Rp 7,99 triliun, dari posisi Juli 2024 sebesar 73,55 persen (yoy). NPF gross BNPL pada Agustus 2024 sebesar 2,52 persen, lebih rendah dari bulan sebelumnya 2,82 persen.
“Metode pembayaran PayLater menjadi populer di kalangan anak muda karena memudahkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari sesuai kemampuan finansial mereka,” kata Ismail saat dihubungi kumparan, Jumat (11/10).
Masifnya pengguna PayLater di kalangan generasi muda juga terlihat dari catatan Pefindo Credit Bureau (IdScore), terutama Generasi Z (Gen Z). Pada semester I 2024, tercatat ada sekitar 38,12 juta akun yang fasilitas kredit BNPL, hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah akun kartu kredit.
Kontribusi Gen Z terhadap penyaluran BNPL mencapai Rp 8,99 triliun per Juni 2024. Meskipun lebih rendah Rp 7,87 triliun dibandingkan dengan kontribusi dari generasi millennial, pertumbuhan tahunan penggunaan BNPL oleh Generasi Z mencapai 32,79 persen.
Ismail menilai, meskipun semakin marak, penggunaan PayLater harus dilakukan dengan bijak. Menurutnya, anak muda perlu mempertimbangkan apakah barang yang dibeli merupakan kebutuhan atau hanya keinginan.
“Pembelian barang konsumtif sebaiknya dilakukan dengan pembayaran tunai dan memastikan total cicilan tidak melebihi 30 persen dari pendapatan,” jelas Ismail.
Ismail menegaskan penggunaan PayLater yang tidak bijak dapat menyebabkan kualitas kredit yang buruk, termasuk menjadi sulit mengajukan pinjaman di perbankan.
Berdasarkan data dari IdScore, Gen Z menggunakan BNPL untuk berbagai kebutuhan, seperti keperluan multiguna (Rp 2,4 triliun), pembelian kuota internet (Rp 1,5 triliun), perdagangan eceran (Rp 17 miliar), dan pembelian makanan di restoran (Rp 1,59 miliar).
Terdapat beberapa faktor mengapa BNPL menjadi primadona di kalangan Gen Z. Pertama, kemudahan akses dan prosesnya yang cepat, biasanya BNPL menawarkan proses pengajuan aplikasi kredit yang mudah dan cepat dengan persetujuan instan.
Faktor selanjutnya yakni fleksibilitas pembayaran, yaitu kemampuan untuk menunda pembayaran tanpa bunga dalam periode tertentu. Kemudian minim persyaratan tidak seperti kartu kredit tradisional, serta pro...