Yahya Sinwar (62), tewas dalam sebuah operasi militer Israel di Gaza, pada Rabu (16/10). Sinwar adalah pemimpin Hamas, pengganti Ismail Haniyeh yang tewas di Iran pada Juli tahun ini.
Sinwar juga arsitek serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Sebuah serangan yang juga dikenal sebagai 'Badai Al Aqsa', upaya memerdekakan Palestina dari Isral.
Serangan ini menewaskan 1200 warga Israel, sementara 250 lainnya disandera. Israel membalas dendam, menggelar operasi militer besar di Gaza, yang menewaskan 42,400 warga Palestina dan memaksa 1,9 juta orang harus mengungsi.
Akibatnya, Sinwar dan saudaranya Mohammed jadi target utama Israel. Sebetulnya, siapa Yahya Sinwar?, berikut kumparan rangkum:
Tumbuh Kembang di Gaza, Saksikan Penderitaan Warga Secara Langsung
Dikutip dari reuters Sinwar menghabiskan masa muda dan tumbuh kembangnya di Gaza. Mereka mengalami penderitaan di pemerintahan Israel, yang menjajah Gaza.
Ibu Sinwar membuat baju bagi mereka, dari karung-karung bantuan makanan yang diberikan PBB.
Dalam sebuah semi autobigrafi yang ia tulis di penjara, Sinwar mengenang bagaimana tentara Israel menghancurkan rumah-rumah orang Palestina.
"Seperti monster yang menghancurkan tulang-tulang korbannya," tulis Sinwar. Sesaat sebelum Israel pergi dari Gaza pada 2005.
Sinwar pernah dipenjara selama 22 tahun, karena menculik dan membunuh 2 tentara Israel. Ia juga membunuh 4 orang Palestina yang dianggap sebagai informan Israel pada 1988.
Ia bisa bebas pada 2011, usai bernegosiasi dengan Israel. Negosiasi itu membebaskan 1.027 tahanan termasuk dirinya.
Dari situ, namanya harum dan merangkak naik jadi salah satu pemimpin Hamas.
Sinwar sendiri bergabung dengan Hamas pada tahun 1980-an. Ia meyakini, untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel.
Sinwar juga memegang teguh pandangan, bahwa Israel bukan hanya musuh politis, tapi penjajah tanah Muslim Palestina.
Pemimpin Hamas yang Keras: Hadapi Israel Dengan Kekuatan, Bukan Negosiasi