Produsen pesawat terbang asal Amerika Serikat (AS), Boeing, berencana melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 17.000 karyawannya atau setara 10 persen dari total tenaga kerjanya di seluruh dunia, imbas aksi mogok kerja untuk kenaikan gaji dan bonus.
Dikutip dari Reuters, Sabtu (21/9), Boeing mulai merumahkan karyawannya pada Jumat (20/9). Langkah ini diambil untuk merespon mogoknya ribuan karyawan yang menuntut kenaikan gaji 40 persen serta bonus kinerja.
Karyawan Boeing yang terlibat aksi mogok kerja berjumlah sekitar 33 ribu orang. Boeing telah mengatur para pekerjanya untuk mengambil cuti selama satu minggu setiap empat minggu secara bergilir selama mogok kerja berlangsung.
CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan dalam sebuah pesan kepada karyawan terkait opsi PHK ini, untuk menyesuaikan kondisi keuangan setelah aksi mogok 33 ribu pekerja Pantai Barat AS menyetop produksi jet 737 MAX, 767 dan 777.
"Kami mengatur ulang jumlah tenaga kerja kami agar sesuai dengan realitas keuangan kami dan dengan serangkaian prioritas yang lebih terarah. Selama beberapa bulan mendatang, kami berencana untuk mengurangi jumlah total tenaga kerja kami sekitar 10 persen. Pengurangan ini akan mencakup para eksekutif, manajer, dan karyawan," pesan Ortberg, dikutip dari Reuters, Sabtu (12/10).
Sejalan dengan rencana PHK tersebut, Boeing akan mengakhiri program cuti bagi karyawan bergaji tetap yang diumumkan pada bulan September. Pada hari Jumat juga, pengawas nasional mengatakan bahwa Administrasi Penerbangan Federal "tidak efektif" dalam mengawasi produksi Boeing.
Produksi Pesawat Terhambat
Kelly Ortberg mengatakan pihaknya sempat mengadakan diskusi dengan para karyawannya. Namun, tidak mencapai kesepakatan apa pun. Ia memastikan pihaknya akan berupaya mencapai kesepakatan sesegera mungkin untuk mengakhiri mogok kerja.
Berdasarkan informasi yang ada, pemogokan berdampak pada produksi pesawat Boeing 737 MAX, Boeing 777 dan Boeing 767. Boeing juga akan menunda pengiriman pertama jet 777X-nya selama setahun.
"Sangat berkomitmen untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin untuk mengakhiri pemogokan, yang juga menghentikan produksi jet Boeing 777 dan 767, adalah prioritas utama," kata Kelly Ortberg.
Ortberg juga mengatakan, Boeing telah memberi tahu pelanggan bahwa mereka kini mengharapkan pengiriman pertama 777X pada tahun 2026 karena tantangan dalam pengembangan, jeda uji terbang, dan penghentian kerja. Boeing sebelumnya telah menghadapi masalah dengan sertifikasi 777X yang telah menunda peluncuran pesawat secara signifikan.
"Meskipun bisnis kami menghadapi tantangan jangka pendek, kami membuat keputusan strategis yang penting untuk masa depan kami dan memiliki pandangan yang jelas tentang pekerjaan yang harus kami lakukan untuk memulihkan perusahaan kami," jelas Ortberg.
Boeing akan mengakhiri program pesa...