Gum rosin dan turpentine oil (minyak terpentin) yang merupakan produk olahan getah pinus menjadi salah satu produk yang dipamerkan di Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 yang berlokasi di ICE BSD, Tangerang, 9-12 Oktober. Produk ini dipamerkan PT Sumber Banyu Biru yang berhasil memanfaatkan hasil penyulingan getah pinus untuk jadi produk yang bisa dijual ke luar negeri.
Gum rosin memang diperlukan untuk bahan baku industri cat, bahan baku industri kertas, bahan baku industri tinta, bahan baku malam untuk membatik, bahan baku perekat kertas, dan lain-lain.
Produk inilah yang telah menemani perjalanan hidup Neelesh Maheshwari selama 24 tahun terakhir. Bahkan, gum rosin membuat founder PT Sumber Banyu Biru itu yakin untuk menetap dan menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Ceritanya bermula ketika Neelesh mendapat permintaan dari temannya untuk mengirim gum rosin ke negara asalnya, India. Sejak saat itu, dia mulai menyadari bisa mencari peruntungan dengan berjualan gum rosin dari Indonesia yang memiliki pohon pinus melimpah.
“Saya mulai usaha sejak tahun 2000, ada teman mau cari produk gum rosin dan waktu itu Indonesia tidak banyak ekspor ke India. Saya cari supplier gum rosin dan saya coba pasarkan,” kata Neelesh di TEI ke-39, ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (9/10).
Terlebih, menurut Neelesh, produk-produk yang dipasarkannya ini sangat ramah lingkungan dengan campuran bahan kimia hanya sebesar 1 persen. Begitu juga dengan proses penyadapan getah pinus dari pohon, dia mengklaim hal ini tidak akan merusak tumbuhan tersebut. Dengan demikian, produk ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan usaha bidang hasil hutan non kayu di Indonesia.
Mulai saat itu, Neelesh yang masih berprofesi sebagai pekerja di industri tekstil terus berkutat dengan gum rosin. Walaupun dia tidak punya latar belakang sebagai pebisnis, dia berupaya menggali ilmu seputar gum rosin dan tata cara berbisnis dari internet.
Selain itu, Neelesh juga yakin bisa menjembatani penjualan gum rosin asal Indonesia ke India. Salah satu modalnya adalah kemampuan berbahasa India dan juga Indonesia. Dia membeli gum rosin yang diproduksi perusahaan pelat merah Perum Perhutani dari agen resmi Perhutani, kemudian menjajakannya ke India.
“Produksi terbesar Indonesia adalah Perum Perhutani. Perhutani punya agen, saya ambil dari agen, lewat saya masuk ke India. Saya mulai dari India, keuntungan saya kan bisa bicara bahasa (Indonesia), dan bahasa India,” ungkap Neelesh.
Selama merintis bisnis gum rosin ini, Neelesh bercerita sudah mengalami banyak tantangan. Sebut saja, perlakuan tidak menyenangkan dari salah satu rekan bisnis sampai ditipu oleh supplier. Namun, lama-kelamaan jejaringnya bertambah dan pemahamannya seputar bisnis juga menguat.
Setelah menggeluti gum rosin selama 20 tahun, barulah pada 2020 PT Sumber Banyu Biru lahir dan memproduksi gum rosin sendiri. Meski sudah memiliki jejaring yang luas dan pengetahuan produk yang mendalam, Neelesh paham betul keputusannya itu pasti diiringi dengan sederet kendala, mulai dari sisi pembeli, hingga pembiayaan usaha.
Dia memahami perputaran uang di usaha yang dia geluti itu harus selalu lancar dan cepat. Sejak memutuskan untuk memproduksi gum rosin, perusahaan harus berurusan dengan para petani yang membutuhkan waktu pembayaran cepat. Sementara, pembayaran dari hasil ekspor baru bisa dicairkan sekitar satu bulan setelah produk dikirim.