Di sisi lain, Kementerian ESDM sudah menyetujui 587 Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk periode 2024-2026, dengan total tonase batu bara 2,74 miliar.
Dari total RKAB tersebut, rinciannya adalah total tonase batu bara untuk tahun 2024 adalah sebesar 922,14 juta ton, tahun 2025 sebesar 917,16 juta ton, dan tahun 2026 sebesar 902,97 juta ton.
Saat ditanya terkait upaya memenuhi target produksi batu bara di tahun ini di tengah ancaman La Nina, Bahlil sayangnya tidak berkomentar banyak.
"Nanti kita lihat ya," katanya kepada awak media di Taman Mini Indonesia Indah, Minggu (13/10).
Adapun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan 2024/2025 terjadi pada Oktober 2024, dengan periode yang diprediksi lebih panjang. Puncak musim hujan akan terjadi di November 2024 hingga Februari 2025.
Bahlil mengatakan, pemerintah hanya ingin menjaga agar tidak terjadi kondisi kelebihan pasokan (oversupply) batu bara. Sebab, hal ini akan memengaruhi penurunan harga batu bara.
"Betul kita kejar target volume, tapi kita juga mempertimbangkan harga kalau over supply berarti hukum permintaan penawaran terjadi," jelasnya.
Dengan demikian, dia menyebutkan pemerintah lebih berharap agar pasokan (supply) batu bara tidak terlalu tinggi, sehingga harganya tidak jatuh.
"Kita maunya adalah kalau supply-nya tinggi harga stabil, jangan supply tinggi harga jatuh, kita lihat ke depan," tandas Bahlil.