Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) berpotensi membawa nilai ekonomi yang besar. Sebuah riset Kearney menemukan AI dapat menyumbang 366 miliar dolar AS terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada 2030 dan hampir 1 triliun dolar AS terhadap PDB Asia Tenggara.
Potensi yang sangat besar ini diharapkan dapat mendorong integrasi dan pemanfaatan AI oleh banyak pihak di berbagai sektor di Indonesia. Namun faktanya, adopsi teknologinya untuk tujuan ekonomi belum begitu besar.
Rio Ferdinand Kiantara, founder dan CEO Advisia Group sekaligus Direktur Keanggotaan dan Komersialisasi KORIKA (Kolaborasi Asosiasi Riset dan Inovasi Industri AI), mengatakan, bahwa adopsi teknologi AI di Indonesia masih dalam tahap awal atau early stage. Sejauh ini, baru perusahaan besar dengan pegawai di atas 100 orang yang sudah menggunakan kecerdasan buatan, sementara di pemerintah penggunaannya masih terbatas.
Bagi korporasi dan pemerintah, teknologi AI belum dipandang secara utuh. Sejumlah pihak memandangnya sebatas teknologi yang memberikan layanan otomatisasi bagi operasional perusahaan, padahal, AI bisa dimanfaatkan lebih dari itu. Rio berkata, penerapan AI bisa memberikan insight dan analisis yang jauh lebih mendalam. Dua hal itu berperan penting dalam mengambil keputusan bisnis agar tidak salah langkah di masa depan.
“Orang menganggap AI itu sama kayak automation. Ya, automation itu memang salah satu fungsinya, melakukan otomatisasi bisnis atau operasional apa pun. Tapi ujung-ujungnya yang lebih keren dari AI itu adalah kemampuan untuk menghasilkan analitik, bisa menghasilkan insight, itu masih belum dianggap hal yang penting di Indonesia,” ujar Rio.
Data ini ia temukan dari hasil survei Advisia Group, bersama dengan KORIKA dan IBM, per Maret 2024.
"Kalau dibandingkan negara lain, misal Malaysia, jujur kita jauh banget," kata Rio kepada kumparan beberapa waktu lalu. "Di Malaysia, level UMKM kayak restoran, atau medium enterprise-nya, sudah pakai (AI) buat customer service-nya."
"Di Indonesia mungkin yang baru pakai cuma level enterprise, perusahaan besar. Saya lihat masih perlu banyak edukasi dari pemain AI-nya."
Adapun korporasi yang mulai memprioritaskan adopsi AI, bergerak di bidang manufaktur hingga perbankan. Sebanyak 62 persen perusahaan mengaku memanfaatkan kecerdasan buatan untuk efisiensi biaya guna menghasilkan kepuasan pelanggan.
Di lain pihak, CEO Kata.ai, Irzan Raditya, menyebut industri di sektor telekomunikasi, perbankan, fintech, dan e-commerce sudah menggunakan artificial intelligence dalam bisnisnya. Mereka memakai AI buat otomatisasi, analisis data, dan meningkatkan pengalaman pelanggan.