Ilmu psikologi membuktikan bahwa jenis pola asuh anak dapat memengaruhi kepribadian mereka ketika beranjak dewasa. Penelitian ini dibuktikan oleh Diana Baumrind, seorang psikolog klinis asal Amerika Serikat, pada tahun 1960-an.
Mengutip laman Very Well Mind, Diana melakukan penelitian terhadap lebih dari 100 anak usia pra-sekolah. Dengan menggunakan observasi naturalistik, wawancara dengan orang tua, dan metode penelitian lainnya, ia menemukan teori tentang strategi dalam mendisiplinkan anak, kehangatan, gaya komunikasi, dan masih banyak lagi.
Berdasarkan aspek tersebut, Baumrind menyimpulkan ada tiga pola asuh yang umum dijumpai. Kemudian, dalam penelitian lanjutan yang digarap Eleanor Maccoby dan John Martin, ditambahkan satu jenis lagi hingga totalnya menjadi empat. Apa sajakah itu?
Berikut empat jenis pola asuh yang secara umum diterapkan orang tua ketika membesarkan anaknya.
1. Authoritarian (Otoriter)
Dalam pola asuh otoriter, anak-anak dituntut mematuhi aturan ketat yang ditetapkan oleh orang tua. Jika melanggar, maka orang tua akan memberikan hukuman sebagai efek jera.
Biasanya, orang tua diktator berperan layaknya penguasa di rumah, dan ingin anak-anaknya patuh tanpa banyak tanya. Tentunya, pola asuh ini sangat tidak direkomendasikan. Sebab, anak yang dibesarkan dengan pola asuh otoriter cenderung mudah cemas, kurang percaya diri, dan suka berbohong untuk menghindari hukuman.
Menetapkan aturan di rumah memang tidak ada salahnya, Moms. Namun yang mesti jadi catatan, aturan tersebut harus dilandasi dengan alasan-alasan yang logis ya.
2. Authoritative (Otoritatif)
Kebalikan dari orang tua otoriter, orang tua otoritatif justru demokratis dan mempertimbangkan sudut pandang anak. Mereka menerapkan aturan, dan menjelaskan kenapa aturan tersebut dibuat beserta dampak-dampaknya, sehingga anak paham.
Baumrind menjelaskan bahwa aturan yang ditetapkan orang tua otoritatif didasarkan pada perilaku dan kebutuhan anaknya. Jadi, aturan ini justru bersifat mendukung dan konstruktif.
Anak-anak yang tumbuh dalam keluarga otoritatif biasanya cenderung lebih bahagia dan sukses. Mereka juga memiliki kemandirian dan kepercayaan diri untuk mengatur diri sendiri.
Orang tua yang permisif ingin berperan sebagai sahabat bagi anaknya, ketimbang menjadi orang tua. Mereka memberikan kehangatan, perhatian, serta membiarkan anak membuat keputusan secara mandiri.
Meski begitu, orang tua juga tetap menetapkan sedikit aturan yang dibuat setelah berdiskusi dengan anak. Tentunya, tak ada konsep hukuman dalam pola asuh ini karena setiap hal akan dikomunikasikan dengan baik.