Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tetap sehat dan dianggap mampu mendukung terjaganya stabilitas eksternal. Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Oktober 2024 di Jakarta, Rabu (16/10).
"NPI triwulan III 2024 diprakirakan mencatat surplus, ditopang surplus neraca perdagangan nonmigas yang berlanjut sebesar US$6,5 miliar," kata Perry.
Ia menjelaskan aliran masuk investasi portofolio terus berlanjut dan tercatat tinggi pada triwulan III 2024 yakni net inflows sebesar US$11,6 miliar (quarter to date/qtd). Net inflows investasi portofolio berlanjut pada triwulan IV 2024 yang hingga 14 Oktober 2024 tercatat sebesar US$0,6 miliar (qtd).
Senada dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memperkirakan transaksi ekonomi digital Indonesia masih akan terus bertumbuh. Bahkan, OJK memperkirakan nilai transaksi ekonomi digital Indonesia akan meningkat hingga US$220 miliar sampai US$360 miliar pada 2030, berdasarkan data East Ventures Digital Competitiveness Index 2023.
"Nilai transaksi ekonomi digital akan terus meningkat hingga US$220 miliar sampai dengan US$360 miliar," kata anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi.
Kondisi itu, menurutnya, memperlihatkan potensi ekonomi digital Indonesia masih sangat terbuka lebar. Dia mengatakan data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 2022 menunjukkan bahwa 40% dari total transaksi ekonomi digital di ASEAN berasal dari Indonesia atau mencapai sekitar US$77 miliar.
Inarno menuturkan, di sektor keuangan, perkembangan pesat digitalisasi yang didukung oleh perubahan gaya hidup dan juga pergeseran preferensi konsumsi masyarakat serta pertumbuhan kelas menengah secara dramatis telah mengubah wajah industri jasa keuangan dari berbagai sisi. (Z-11)