PENGURUS Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Fitri Hartanto mengungkapkan terdapat dua faktor penyebab terjadinya keterlambatan bicara (speech delay) yang mengganggu tumbuh kembang anak.
"Keterlambatan bicara anak dikenali dari dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik," kata Fitri dalam sebuah webinar, dikutip Kamis (17/10).
Fitri menjelaskan, faktor intrinsik menyebabkan speech delay tipe sekunder yang disebabkan oleh kelainan organ, gangguan saraf, gangguan
perilaku, gangguan kognitif, termasuk di dalamnya juga keterlambatan perkembangan (maturation delay).
Sementara faktor ekstrinsik menjadi penyebab speech delay tipe primer, ketika keterlambatan terjadi pada aspek bahasa.
Secara umum, faktor ekstrinsik disebabkan oleh stimulasi yang kurang dan pembelajaran yang salah sehingga anak mengalami speech delay.
Menurut dia, kekurangan stimulasi terjadi karena pola asuh anak yang permisif misalnya menuruti kemauan anak tanpa menggunakan bahasa ucapan, tetapi hanya melalui gestur.
Kondisi ini diperparah dengan pola asuh yang overprotektif, dengan anak selalu dilayani kemauannya agar tidak menangis.
"Kalau hanya meraih tangan atau menunjuk saja sudah diberikan keinginannya dengan harapan agar anak tidak menangis, ini tidak memberi
kesempatan anak belajar dengan benar. Harus diperbaiki dengan bahasa ucap," ujarnya.
Lebih lanjut Fitri menyampaikan, pembelajaran yang salah biasanya terjadi karena anak dipaksa untuk bilingual atau belajar banyak bahasa di usia awal, alih-alih fokus belajar satu bahasa untuk berkomunikasi.
Kemudian, anak-anak disuruh belajar bahasa secara mandiri tanpa pendampingan orangtua sehingga berisiko mengalami kesalahan dalam kosakata maupun menterjemahkan bahasa.
Ia menyebut, anak-anak perlu perlu distimulasi untuk berbicara tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan.
"Tidak bisa anak setelah melalui tahapan pengenalan, anak langsung disuruh mengucap tanpa memahami apa yang diucapkan," pungkas Fitri. (Ant/Z-1)